Langsung ke konten utama

Usaha Manusia VS Anugerah Ilahi!


Jargon “Utamakan Keselamatan” kerap kita jumpai di jalan-jalan, yang merupakan peringatan bagi para pengemudi atau pengguna jalan untuk berhati-hati saat berkendara. Tidak hanya di jalanan, dalam pekerjaan pun biasa ada peringatan untuk menjaga keselamatan kerja dan ada prosedur-prosedur yang harus dilewati demi menciptakan suasana kerja yang minim kecelakaan. Ketika kita bepergian menggunakan pesawat terbang, para awak kabin juga akan memperagakan penggunaan sabuk pengaman sebagai bagian dari prosedur untuk menjaga keselamatan penumpang. Akan tetapi, tidak ada jaminan yang pasti bahwa menjaga dan mengupayakan keselamatan itu membuat hidup kita sepenuhnya terhindar dari kecelakaan atau bahaya.

Meskipun demikian, manusia tetap berupaya untuk memperhatikan keselamatannya. Singkatnya, keselamatan itu penting sehingga manusia berupaya sedapat mungkin untuk memperolehnya. Namun timbul pertanyaan: apakah keselamatan itu sehingga menjadi hal yang penting? Apakah keselamatan hanya berkaitan dengan hal-hal fisik saja atau melampaui hal-hal fisik? Dapatkah keselamatan diupayakan sendiri? Atau bagaimana memperoleh keselamatan yang hakiki?

Berbicara mengenai keselamatan, ada beragam konsep yang muncul. Islam berpandangan bahwa keselamatan (masuk surga) dapat diperoleh dengan melakukan rukun Islam, amal, dan kebaikan. Buddha berpendapat bahwa keselamatan adalah terbebas dari penderitaan atau kefanaan dunia. Dalam konsep agama Hindu, keselamatan dikaitkan dengan kewajiban untuk berbuat baik demi kepentingan dan kesejahteraan makhluk lain. Kebaikan tersebut diwujudkan dengan menggunakan segenap kemampuan yang dimiliki guna mendatangkan kesejahteraan bagi makhluk lain. Pandangan yang lain lagi dari aliran Konghucu, menyatakan bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan memperbanyak ibadah atau ritual-ritual sembahyang menurut keyakinan mereka.

Konsep keselamatan dalam agama lain tersebut, berbeda dengan konsep dalam Kekristenan. Jika agama lain umumnya mempercayai keselamatan karena usaha dari manusia untuk mencapainya, Kekristenan berdasarkan pengajaran Alkitab mempercayai bahwa keselamatan sepenuhnya adalah Anugerah dari Allah. Dalam hal ini, Kekristenan meyakini bahwa tidak ada andil manusia sama sekali dalam memperoleh keselamatan, melainkan semua datang dari inisiatif Allah sendiri. Keselamatan di dalam agama-agama lain ibarat seseorang yang hendak mencapai puncak gunung dengan usahanya sendiri, sementara Kekristenan mengajarkan bahwa Allah-lah yang “turun gunung” dan menjumpai manusia lalu menyelamatkannya.

Keselamatan yang diyakini oleh agama lain sebagai akibat dari perbuatan baik, dapat juga disebut auto-soteric yakni keselamatan yang bergantung pada manusia. Dengan pemahaman ini, mereka meyakini bahwa kebaikan Allah itu tergantung pada kebaikan manusia. Sementara keselamatan yang diyakini di dalam Kekristenan adalah keselamatan yang God-Soteric, yakni keselamatan yang sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah. Alkitab juga dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan itu bukan atas hasil usaha manusia dan bukan hasil pekerjaan manusia, melainkan karena kasih karunia dan karena pemberian Allah sendiri (Ef. 2:8-9).

Konsep dalam Kekristenan tersebut muncul karena kesadaran bahwa manusia pada dasarnya telah rusak oleh dosa dan kecenderungan hatinya bukanlah mencari Allah, melainkan senantiasa ingin melawan Allah. Karenanya, tidak mungkin jika manusia memiliki keinginan untuk mencari Allah. Ketika manusia beragama, yang diinginkan sebenarnya adalah kebahagiaan yang kekal dan kebaikan untuk dirinya sendiri yang tidak akan berubah. Dengan kata lain, jikalau pun manusia memiliki keinginan untuk mencari yang dia sebut Allah, kemungkinan hanyalah untuk memenuhi hasratnya akan sesuatu yang dirasa kurang di dalam dirinya, dan pada akhirnya menciptakan “allah” nya sendiri. Dosa memisahkan manusia dari Allah, membuat pengertian manusia menjadi gelap, sehingga tidak mungkin manusia mencari Allah yang benar melainkan ujung-ujung yang dicari adalah Allah yang keliru. Hal ini ditegaskan oleh Alkitab dalam Rom. 3:10-11 yang mengatakan bahwa tidak ada yang benar, tidak seorang pun mencari Allah. Sekali lagi, dosa telah membuat manusia mati rohani sehingga tidak dapat mengenal Allah yang benar.

Dalam keadaan manusia yang berdosa, nampak jelas bahwa tidak ada harapan baginya untuk memperoleh keselamatan, apalagi dengan kemampuannya dan usahanya sendiri. Kabar baiknya, Allah yang penuh kasih itu berkenan menyatakan anugerah-Nya dan berinisiatif menyelamatkan manusia. Keselamatan yang Allah anugerahkan ini berdasarkan perjanjian anugerah-Nya yang bersifat unilateral atau sepihak. Allah mengambil jalan ini karena manusia tidak memiliki sesuatu yang baik untuk ditawarkan kepada Allah. Inisiatif sepenuhnya dari Allah dan manusia tidak dapat menawarkan syarat apapun kepada Allah. Dasar dari perjanjian ini adalah diri Allah sendiri dan kehendak-Nya, bukan pada manusia yang tidak dapat setia. Karena itu, perjanjian ini sekaligus meneguhkan karakter Allah yang panjang sabar dan yang setia-Nya tidak pernah berubah.

Keselamatan yang adalah anugerah ini hanya dapat dialami di dalam Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal. Allah mengaruniakan Yesus Kristus untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya, melalui pengorbanan Kristus di Kayu Salib dan lewat kemenangan dalam kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Manusia diperdamaikan dengan Allah, hanya jika memiliki iman kepada Yesus Kristus. Kristus menjadi jalan pendamaian antara Allah Bapa dan manusia sehingga beriman pun adalah anugerah.

Iman kepada Kristus dianugerahkan melalui pekerjaan Roh Kudus. Jadi Kristus, menjadi jalan pendamaian bagi kita itu terjadi di luar penentuan dan kehendak kita, kemudian Roh Kudus bekerja dan menjadikan pengorbanan Kristus itu berlaku bagi kita. Roh Kudus bekerja melahirbarukan kita, lalu mempersatukan kita dengan Kristus, kemudian tinggal di dalam kita. Roh Kudus berperan menuntun orang untuk percaya kepada keselamatan dan menjadi jaminan atau meterai dari keselamatan itu sekalipun kita belum sepenuhnya menerima seluruh janji itu sekarang.

Jika menelusuri konsep keselamatan berdasarkan iman Kristen, maka kita mendapati bahwa keselamatan ini adalah Trinitarian atau melibatkan Allah Tritunggal. Allah merencanakan keselamatan itu di dalam kekekalan dengan memilih dan menetapkan orang yang akan diselamatkan-Nya. Kemudian penebusan dikerjakan oleh Kristus lewat pengorbanan-Nya di Kayu Salib untuk menebus dosa umat-Nya. Lalu Roh Kudus bekerja di dalam diri orang-orang pilihan ketika mereka mendengar Firman Tuhan diberitakan dari luar diri mereka.

Ketika Roh Kudus bekerja di dalam diri orang pilihan tersebut, maka terjadilah kelahiran baru dan Allah menanamkan prinsip hidup yang baru dalam diri orang tersebut. Kecenderungannya melawan Allah kini diarahkan kembali kepada kehendak Allah, sekali pun masih tetap ada kecenderungan untuk berbuat dosa. Kelahiran baru oleh pekerjaan Roh Kudus tersebut, menuntun pada pertobatan yang sejati yang ditandai dengan penyesalan yang sungguh atas dosa-dosanya, serta komitmen yang kuat untuk meninggalkan dosa tersebut. Orang - orang pilihan tersebut juga dibenarkan oleh Allah sendiri, bukan atas usaha mereka melainkan karena pengorbanan Kristus. Roh Kudus juga mengerjakan pengudusan di dalam diri orang pilihan melalui kehidupan sehari-hari yang masih terus berjuang melawan dosa. Proses pengudusan ini akan menjadikan orang yang telah diselamatkan tersebut menjadi makin kuat menghadapi pencobaan dari kuasa dosa. Hingga pada akhirnya, orang yang sudah diselamat tersebut beroleh kemuliaan dengan diberikan tubuh yang baru yang tidak akan binasa dan tidak dapat berbuat dosa lagi.

Sekalipun kita sudah mengerti bahwa keselamatan tidak bergantung pada manusia melainkan pada Allah semata, namun pertanyaan tentang “apakah keselamatan bisa hilang”, terkadang tetap tidak dapat dihindarkan. Kabar baiknya, keselamatan tidak mungkin hilang karena keselamatan adalah anugerah dari Allah dan Allah yang menganugerahkan keselamatan itu adalah Allah yang setia, yang tidak akan berubah. Patut disyukuri bahwa keselamatan tidak bergantung pada manusia yang tidak dapat setia, sehingga keselamatan itu tidak mungkin hilang. Faktanya, kitalah yang sering tidak setia dan memandang remeh anugerah yang telah Allah sediakan bagi kita.

Pertanyaan lain yang akan timbul adalah mengenai kaitan antara keselamatan dan perbuatan baik. Apakah perbuatan baik benar-benar tidak ada gunanya dalam konsep keselamatan berdasarkan iman Kristen? Jika perbuatan baik dipahami sebagai sarana untuk mendapatkan keselamatan, jelas tidak mungkin. Sekali lagi, tidak ada yang baik dalam diri manusia sehingga tidak mungkin menawarkan yang baik bagi Allah. Bagaimana dengan kebaikan yang ditemukan dalam diri orang yang belum mengenal Tuhan? Perbuatan baik mereka dapat dipahami sebagai bagian dari anugerah umum Allah yang bertujuan untuk memelihara dunia ini. Namun, kita juga tidak dapat memisahkan perbuatan baik dari iman Kekristenan karena perbuatan baik adalah respons dari anugerah keselamatan yang sudah diperoleh. Hal inilah sebenarnya yang Yakobus ingin sampaikan ketika berkata bahwa iman tanpa perbuatan, pada hakikatnya adalah mati (Yak. 2:17). Dengan demikian, perbuatan baik merupakan sebuah keniscayaan bagi seseorang yang sudah diselamatkan.

Ketika kakak rohani kami akan berencana pindah kota, dia berpesan pada kami untuk terus bertekun mengerjakan keselamatan yang sudah kami terima. Dia memiliki kerinduan agar sekalipun tidak lagi bersama-sama dengan kami, pertumbuhan iman kami tidak berhenti. Pesan ini sesungguhnya adalah pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi (Fil. 2:12), agar sekalipun Paulus tidak hadir, mereka tetap bertekun di dalam keselamatan yang sudah diperolehnya. Keselamatan bukanlah akhir, melainkan dari perjalanan hidup manusia. Penyelamatan atas diri kita tidak pernah dimaksudkan untuk berhenti pada kita. Karena itu, kita yang sudah diselamatkan, dipanggil untuk membawa berita keselamatan ini kepada orang lain, sambil kita juga sendiri terus bertekun di dalam iman kita kepada Kristus. Panggilan ini terangkum dalam Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus, yakni agar kita pergi dan menjadikan segala bangsa murid-Nya dengan mengajarkan kebenaran Firman Tuhan yang berkuasa untuk membebaskan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Masih Single?

Dari skala 0-10, seberapa greget  kamu dengan pertanyaan ini? (0 sangat tidak greget , 10 sangat amat greget ) :D sila dijawab sendiri .. 😉😅 Photo by Alex Blăjan on Unsplash Yup, pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang umumnya bikin greget hingga greget bingizt,  dihindari, dan atau dikategorikan sebagai pertanyaan yang sensitif. Sebagian besar orang beranggapan bahwa status dalam berelasi merupakan ranah pribadi bagi mereka, sehingga tampak kurang sopan jika mencoba membahas hal tersebut. Karena itu, menanggapi pertanyaan ini juga muncul beragam respons yang menurut hemat saya, kadang kala bukan untuk menjawab pertanyaannya, tetapi lebih kepada “menghindar” a.k.a ngeles. Namun, tujuannya bisa dipahami juga sih, yaitu supaya tidak dibahas lebih lanjut, dan mungkin ada juga yang ingin memberikan “efek jerah” kepada orang-orang yang menanyakan hal tersebut. Well , apapun motif di balik respons yang diberikan, bukan itu yang ingin saya bahas. saya juga tidak sedang ingin men

Menggandeng Rasa Takut!

Photo by  Thought Catalog  on  Unsplash      Sejak pandemi Covid-19, saat semua orang diwajibkan untuk #dirumahaja (meskipun ada juga yang tidak bisa melakukannya karena situasi dan kondisi hidup yang tidak mudah), saya begitu terkesima menyaksikan banyak sekali teman yang menghasilkan konten kreatif dan menarik di lini massa, baik itu YouTube, Instagram, podcast, dll. Webinar dan pertemuan-pertemuan online juga bak jamur pohon sehabis musim hujan, lumayan banyak bermunculan :D Oh ya, awalnya saya juga berpikir, bagaimana saya bisa contribute something di masa-masa pandemi ini ya.. sebenarnya waktu itu ada beberapa ide yang muncul, tapi karena kuliah masih berjalan dan tugas kuliah lumayan banyak juga, akhirnya niat tinggallah niat :)      Terus, sekarang sedang jeda sebelum masuk semester baru ka.. niatnya gak dilaksanakan? Nah.. itu dia masalahnya.. tapi sekaligus menjadi hal yang ku syukuri. Kok bisa? Ok.. jadi sebagai seorang introvert (tapi gaul -- lebih ke ambivert sebenarnya), s

Jangan takut, percaya saja.. :D

Kisah seorang kepala rumah ibadat bernama Yairus.. dia datang kepada Yesus dan meminta Yesus untuk menyembukan anaknya yang sedang kritis (hampir mati).. Yesus menerima permintaan Yairus, dan mereka pun berangkat... tapi, di perjalanan, ada banyak halangan ternyata yang menyebabkan mereka tidak sampai dengan cepat di rumah Yairus.... PERTAMA.. dalam perjalanan ini, Yesus diikuti oleh orang banyak. orang banyak itu berbondong - bondong dan berdesak-desakan, dan yang pasti itu akan menghalangi jalan mereka untuk bisa cepat sampai di rumah Yairus.. KEDUA... dalam perjalanan itu, seorang perempuan yang mengalami sakit pendarahan selama 12 tahun, memberanikan diri menyentuh jubah Yesus dan berharap dapat sembuh dari penyakitnya itu.. dan ajaib benar bahwa dia sembuh seketika... :-D tapi ceritanya tidak berhenti di situ... Yesus yang dijamah jubahNYA, merasakan ada kuasa keluar dari diriNYA dan Yesus berhenti lalu melihat sekelilingnya untuk mencari orang yang menyentuh jubahNYA.. pere