Langsung ke konten utama

Postingan

Kok Masih Single?

Dari skala 0-10, seberapa greget  kamu dengan pertanyaan ini? (0 sangat tidak greget , 10 sangat amat greget ) :D sila dijawab sendiri .. 😉😅 Photo by Alex Blăjan on Unsplash Yup, pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang umumnya bikin greget hingga greget bingizt,  dihindari, dan atau dikategorikan sebagai pertanyaan yang sensitif. Sebagian besar orang beranggapan bahwa status dalam berelasi merupakan ranah pribadi bagi mereka, sehingga tampak kurang sopan jika mencoba membahas hal tersebut. Karena itu, menanggapi pertanyaan ini juga muncul beragam respons yang menurut hemat saya, kadang kala bukan untuk menjawab pertanyaannya, tetapi lebih kepada “menghindar” a.k.a ngeles. Namun, tujuannya bisa dipahami juga sih, yaitu supaya tidak dibahas lebih lanjut, dan mungkin ada juga yang ingin memberikan “efek jerah” kepada orang-orang yang menanyakan hal tersebut. Well , apapun motif di balik respons yang diberikan, bukan itu yang ingin saya bahas. saya juga tidak sedang ingin men
Postingan terbaru

Pesan Semesta: Jaga Dirimu!

     Google Doc.      Dalam kasus pelecehan seksual, wanita sebagai korban (paling sering jadi korban) kerap kali disudutkan dengan anggapan bahwa kesalahan ada pada mereka sebab menggunakan baju yang ketat dan tipis/mini. Tapi sebuah penelitian dari koalisi beberapa LSM pada akhir 2018 melansir hasil yang berbeda dalam laman BBC Indonesia ( https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49014401 ). Temuan mereka menyatakan bahwa 18% korban adalah mereka yang menggunakan Rok dan Celana panjang, bahkan 17% yang menggunakan hijab juga jadi korban. Artinya, masalah utama bukan pada pakaian.       Lalu ada yang berpendapat bahwa yang salah adalah “otak” atau “pikiran” dari si pelaku (kebanyakan pria), yang memang sudah kotor karena sudah kecanduan pornografi juga.. well, saya setuju dengan pendapat tersebut.. Pornografi memang bisa merusak fungsi otak karena menyebabkan produksi dopamine dan endorphin (untuk merangsang rasa senang dan perasaan relax) yang berlebihan dan berakibat pada terganggun

Menggandeng Rasa Takut!

Photo by  Thought Catalog  on  Unsplash      Sejak pandemi Covid-19, saat semua orang diwajibkan untuk #dirumahaja (meskipun ada juga yang tidak bisa melakukannya karena situasi dan kondisi hidup yang tidak mudah), saya begitu terkesima menyaksikan banyak sekali teman yang menghasilkan konten kreatif dan menarik di lini massa, baik itu YouTube, Instagram, podcast, dll. Webinar dan pertemuan-pertemuan online juga bak jamur pohon sehabis musim hujan, lumayan banyak bermunculan :D Oh ya, awalnya saya juga berpikir, bagaimana saya bisa contribute something di masa-masa pandemi ini ya.. sebenarnya waktu itu ada beberapa ide yang muncul, tapi karena kuliah masih berjalan dan tugas kuliah lumayan banyak juga, akhirnya niat tinggallah niat :)      Terus, sekarang sedang jeda sebelum masuk semester baru ka.. niatnya gak dilaksanakan? Nah.. itu dia masalahnya.. tapi sekaligus menjadi hal yang ku syukuri. Kok bisa? Ok.. jadi sebagai seorang introvert (tapi gaul -- lebih ke ambivert sebenarnya), s

Usaha Manusia VS Anugerah Ilahi!

Jargon “Utamakan Keselamatan” kerap kita jumpai di jalan-jalan, yang merupakan peringatan bagi para pengemudi atau pengguna jalan untuk berhati-hati saat berkendara. Tidak hanya di jalanan, dalam pekerjaan pun biasa ada peringatan untuk menjaga keselamatan kerja dan ada prosedur-prosedur yang harus dilewati demi menciptakan suasana kerja yang minim kecelakaan. Ketika kita bepergian menggunakan pesawat terbang, para awak kabin juga akan memperagakan penggunaan sabuk pengaman sebagai bagian dari prosedur untuk menjaga keselamatan penumpang. Akan tetapi, tidak ada jaminan yang pasti bahwa menjaga dan mengupayakan keselamatan itu membuat hidup kita sepenuhnya terhindar dari kecelakaan atau bahaya. Meskipun demikian, manusia tetap berupaya untuk memperhatikan keselamatannya. Singkatnya, keselamatan itu penting sehingga manusia berupaya sedapat mungkin untuk memperolehnya. Namun timbul pertanyaan: apakah keselamatan itu sehingga menjadi hal yang penting? Apakah keselamatan hanya berkaitan

"Sokinairramama"

Pada pertemuan pertama kelas Psikologi umum yang saya ikuti beberapa tahun lalu, dosen kami memberikan sebuah singkatan yang cukup aneh, namun masih teringat sampai sekarang. Ya, itu adalah “sokinairramama” yang merupakan singkatan dari sombong, kikir, nafsu, iri hati, rakus, malas, dan marah. Menurut beliau, ini adalah tujuh dosa yang harus dihindari jika ingin hidup bahagia dan mencapai kesuksesan. Beberapa tahun setelah mengikuti kelas tersebut, saya membaca sebuah buku berjudul “Bebas dari 7 dosa maut” yang ditulis oleh Billy Graham, yang juga menyebutkan tujuh dosa maut. Dalam buku tersebut, Graham membahas tujuh dosa maut berdasarkan pembagian Paus Gregorius Agung yaitu kecongkakan, amarah, cemburu, percabulan, menjadi hamba perut (makan berlebih-lebihan, kelahapan), kemalasan, dan keserakahan. Sekalipun dosa-dosa ini tidak disebutkan sekaligus dalam satu nas Alkitab, tetapi ketujuh dosa ini dikecam keras pada banyak bagian di dalam Alkitab. Pembagian ketujuh dosa ini menginga

Si Kecil di Mata Allah yang Maha Besar.

Suatu hari, dalam kapel pagi di kampus, Liturgos membuka ibadah pagi dengan meminta kami yang hadir untuk menutup mata dan membayangkan suasana di Aula. Selanjutnya, kami diminta untuk membayangkan diri berada di lantai tertinggi di kampus dan mengamati orang-orang yang ada di Aula meskipun mulai kurang nampak. Semakin lama, Liturgos meminta kami untuk membayangkan posisi yang semakin tinggi dan makin jauh dari Aula, bahkan membayangkan hingga seolah-olah kami sedang berada di luar angkasa. Kemudian Liturgos mengakhiri aktivitas ini dengan menyatakan bahwa kita tentu tidak bisa lagi melihat orang-orang yang ada di Aula karena sudah terlalu jauh, bahkan bumi yang besar ini pun hanya akan terlihat seperti titik yang kecil dari luar angkasa. Anehnya, kita yang kecil dan bahkan tak kelihatan di semesta ini, sungguh dicintai dan dikasihi oleh Allah yang Maha Besar. Aktivitas dalam kapel tersebut mencoba untuk menghadirkan kesadaran di dalam diri kami yang hadir pada saat itu, akan

Memilih Sekolah untuk Anak

Saya baru tahu kalau bulan-bulan ini adalah masa-masa orang tua sibuk mencari dan memilih sekolah untuk anaknya. Sekolah-sekolah juga sudah mulai membuka pendaftaran untuk murid baru yang akan masuk tahun ajaran 2018/2019 meskipun baru akan mulai proses pembelajaran di bulan Juni atau juli tahun depan. Sekolah-sekolah khusus di kota besar, pun berlomba-lomba untuk memberikan penawaran menarik kepada orang tua. Penawarannya mulai dari biaya yang cukup terjangkau atau diskon-diskon, sarana dan prasarana yang memadai, dan lain sebagainya.  Banyaknya pilihan dan tawaran ternyata membuat beberapa orang tua menjadi agak bingung dalam memilih sekolah untuk anaknya. Namun saya belajar dari kakak-kakak di tempat saya bekerja. Mereka sedang mencari Sekolah Dasar untuk anak mereka. Lewat obrolan mereka saya memahami apa yang menjadi pergumulan mereka dan apa yang menjadi poin pertimbangan untuk memilih sekolah bagi anak mereka. Jika kebanyakan orang tua memilih sekolah dengan pertimb